Keridhaan Hati Menghilangkan Kesedihan

Dalam sebuah hadits disebutkan:”Kami tidak pernah mengatakan kecuali apa yang membuat Rabb-ku ridha.”
Anda menanggung tugas yang suci, yakni tunduk dan pasrah pada saat anda dihadapkan pada takdir agar hasil yang diperoleh menjadi kemaslahatan, dan akibat baiknya juga untuk diri anda.Sebab, dengan kesadaran seperti ini anda akan terhindar dari kerugian dihari ini dan kebangkrutan di masa mendatang.
Seorang penyair berkata,
“ tatkala kulihat uban tampak
Pada bagian depan kepala dan pusaran kepala,
Kukatakan: Selamat datang wahai uban.
Walaupn aku khawatir,
Jika kupenuhi salamku maka dia akan menyimpang dariku,
Dan sebenarnya aku juga ingin dia menyimpang.
Namun, jika telah datang sebuah cobaan, jiwaku merasa lapang
Karena satu hari nanti bencana akan hilang juga.”
Satu – satunya jalan adalah anda harus beriman kepada takdir Allah, sebab takdir pasti akan diberlakukan. Meski, anda harus mengelupaskan diri dari kulit dan keluar dari baju anda.
Dinukilkan dari Harry Emerson Fosdick dalam bukunya The Power to see It Through, dia pernah mengajukan sebuah pertanyaan: Dari mana kita mendapatkan ide yang mengatakan bahwa kehidupan yang indah dan tenang, yang terhindar dari segala kesulitan dan rintangan, akan melahirkan orang-orang yang paling bahagia dan orang-orang besar?
Sesungguhnya yang terjadi adalah sebaliknya. Orang yang terbiasa menempatkan dirinya dalam kesedihan akan tetap berada dalam kesedihan, walaupun sedang tidur diatas sutera yang lembut. Sejarah menyerahkan pusat kendalinya kepada orang-orang dari latar belakang lingkungan yang berbeda. Yakni lingkungan yang didalamnya ada kebaikan dan kejahatan, dan lingkungan yang tidak memisahkan antara kebaikan dan kejahatan secara tegas. Dilingkungan itu tumbuh manusia-manusia yang mampu memikul tanggung jawab diatas pundak mereka dan bukan yang melepas tanggung jawab. Orang – orang yang mengangkat panji hidayah rabbaniyah pada masa-masa awal dakwah Rasulullah adalah justru para budak, orang-orang miskin dan tidak beruntung. Sebaliknya, orang-orang yang menentang keimanan yang suci adalah orang-orang terpandang dan punya kedudukan terhormat.
Bacalah firman-firman Allah dibawah ini:
{dan, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami yang terang( maksudnya) niscaya orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman:” Manakah diantara kedua golongan(kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah pertemuan(nya)(QS.Maryam:91)}
{Dan,mereka berkata:” Kami telah banyak mempunyai harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diadzab(QS. Saba:35)}
{Orang-orang yang semacam inikah diantara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?(Allah berfirman):”Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur(kepadanya)?:”(QS.Al-An’am:53)}
{Dan, orang-orang kafir berkata kepada orang-orang beriman :” kalau sekiranya dia(Alquran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami(beriman ) kepadanya(QS.Al-Ahqaf:11)}
{Orang-orang yang menyombongkan diri berkata:” Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu(QSAl-Araf:76)}
{Dan, mereka berkata:”Mengapa Al-Quran ini tidak diturunkan kapada orang pembesar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?” Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu(QS. Az-Zukhruf:31-32)}
Saya menjadi teringat dengan sebuah bait syair yang digubah antarah saat dia memberitahukan kepada kita bahwa harga dirinya terletak dalam karakter dan kebaikannya, bukan pada asal-usul dan gari keturunannya.
“Jika aku adalah seorang hamba,
Maka aku adalah tuan dalam derma
Atau jika aku berkulit hitam,
Tapi akhlakku berwarna putih.”


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keridhaan Hati Menghilangkan Kesedihan"